Minggu, 06 April 2014

EFEK OBAT DIURETIKA PADA HEWAN COBA KELINCI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah. Darah difiltrasi melintasi saringan ginjal kecuali sel darah dan zat putih telur. Ginjal juga berfungsi meregulasi kadar garam dalam cairan tubuh, merupakan organ penting pada pengaturan homeostasis (kesetimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan dalam sel).1
Darah mengalir dalam glomerulus dinding glomerulus berfungsi sebagai saringan yang dapat dilintasi air garam dan glukosa secara difusi pasif filtrat akan berisi air dan elektrolit ditampung dalam kapsula bowman kemudian menuju tubulus.1
Dalam tubulus distal dan paroksimal terjadi reabsorbsi (penarikan kembali air dan elektrolit-elektrolit dan zat yang diperlukan tubuh yaitu glukosa, garam-garam (ion-ion contoh Na+) kemudian dikembalikan ke dalam darah sisanya/filtrat ditimbun dalam duktus collagen dan disalurkan ke kandung kemih sebagai urin.1
Diuretik thiazide tepat untuk digunakan pada sebagian besar pasien dengan hipertensi ringan atau sedang serta dengan fungsi jantung dan ginjal normal. Diuretik yang lebih kuat (misalnya, diuretik yang bekerja pada loop of henle) diperlukan untuk hipertensi parah,  apabila digunakan pada kombinasi obat yang menyebabkan retensi natrium. Pada insufisiensi ginjal,  bila tingkat filtrasi glumeruler kurang dari 30 atau 40 mL/menit. Pada gagal jantung atau sirosis, ketika terdapat retensi natrium.2
Diuretik hemat-kalium (potassium-sparing) berguna untuk menghindari terjadinya deplesi kalium yang berlebihan, khususnya pada

pasien yang menggunakan digitalis dan untuk memperkuat efek natriuretik diuretik lainnya.2
Walaupun farmakokinetik dan farmakodinamik berbagai diuretik berbeda, tetapi titik akhir efek terapeutik dalam pengobatan hipertensi umumnya adalah pada efek natriuresisnya. Walaupun demikian, harus diketahui bahwa dalam keadaan tunak (steady-state; seperti pada penanganan  jangka panjang hipertensi), ekskresi natrium harian sama sama dengan pemasukan natrium dari makanan. Diuretik diperlukan untuk melawan kecendrungan terjadinya retensi natrium pada pasien dengan deplesi natrium yang relatif. Walaupun diuretik thiazide lebih bersifat natriuretik pada dosis tinggi (100-200 mg hydrochlorothiazide), bila digunakan sebagai obat tunggal, dosis rendah (25-50 mg) memberikan efek antidiuretik seperti halnya pada dosis tinggi.2
Pada pengobatan hipertensi, sebagian besar efek samping yang lazim terjadi adalah deplesi kalium. Walaupun hipokalemia ringan dapat ditoleransi oleh banyak pasien , hipokalemia dapat berbahaya pada pasien yang menggunakan digitalis, pasien dengan aritmia kronis, pada infarktus miokardium akut atau disfungsi ventrikel kiri. Kehilangan kalium diimbangi dengan reabsorpsi natrium. Oleh karenanya ,pembatasan asupan natrium dapat meminimalkan kehilangan kalium. Diuretik glukosa, dan peningkatan konsentrasi lemak serum. Diuretik dapat meningkatkan konsentrasi uric acid dan menyebabkan terjadinya  gout (pirai). Penggunaan dosis rendah dapat meminimalkan efek metabolik yang tidak diinginkan tanpa mengganggu efek antihipertensinya.2

B.     Tujuan
1.      Mengetahui aktivitas obat diuretik
2.      Mengetahui efek obat diuretik



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

  1. Diuretika
Diuretika adalah suatu senyawa yang dapat merangsang pengeluaran urin. Senyawa ini dapat mempengaruhi secara langsung transpor zat terlarut dalam air melalui ginjal. Pengaruh diuretika terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretika dan dapat meramalka akibat penggunaan suatu diuretika. Senyawa yang dapat merangsang pengeluaran air sangat potensial untuk digunakan dalam keadaan seperti: gagal jantung, nefrosis, hipertensi, dan lain-lain. Efek antidiuretika dapat terjadi pada pemberian ekstrak kelenjar hipofisa posterior atau vasopresin. Efek antidiuretika dapat terjadi karena reabsorpsi air dalam tubulus ginjal terhambat.3
Diuretika adalah zat yang dapat memperbanyak pengeluaran urin (diuresis) akibat pengaruh langsung terhadap ginjal. Zat-zat lain yang meskipun juga menyebabkan diuresis tetapi tidak mempengaruhi ginjal secara langsung adalah:4
1.         Obat-obat yang memperkuat kontraksi jantung misalnya digitalis, teofilin.
2.         Zat-zat yang memperbesar volume darah seperti plasma, dextran.
3.         Zat yang merintangi sekresi hormon anti diuretik.
Fungsi utama ginjal adal memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa metabolisme dalam darah. Disamping itu berperan juga memelihara homeostatis yaitu keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta memelihara volume total dan susunan cairan ekstra sel.4

Proses diuressis dimulai dengan proses filtrasi yang terjadi di glomeruli, yang hasilnya berupa ultra filtrat (mengandung air dan elektrolit), ditampung pada kapsul bowman yang terdapat disekeliling glomeruli. Kemudian disalurkan ke kandung kemih dengan melintasi saluran-saluran seperti tubuli proksimal, lengkung henle, tubuli distal dan saluran pengumpul (ductus colligens). Pada setiap saluran yang dilewati, terjadi reabsorbsi zat tertentu.4
  1. Mekanisme kerja diuretika4
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi ion-ion Na+ sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat ini bekerja khusus terhadap tubuli ginjal pada tempat yang berlainan, yaitu:
1.      Pada tubuh proksimal, di sini 70% ultra filtrat diserap kembali (glukosa, ureum, ion Na+, dan Cl). Filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma. Diuretik osmotik (manitol, sorbitol, gliserol) juga bekerja di tempat ini dengan mengurangi reabsorpsi ion Na+dan Cl-.
2.      Pada lenkungan henle, di sini 20% ion Cl- diangkut secara aktif ke dalam sel tubuli dan disusl secara pasif oleh ion Na+, tetapi tanpa air, sehingga filtrat menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretika lengkungan (diuretika kuat seperti furosemide, bumetamide, asam etakrinat) bekerja di sini dengan merintangi ion Cl-.
3.      Pada tubuli distal bagian depan ujung Henle’s coop dalam cortex, di sini ion Na+ diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonik. Saluretika (zat-zat thiazida, klortalidon, mefruzida dan klopamida) bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi ion Na+ dan Cl-.
4.      Pada tubuli distal bagian belakang, di sini ion Na+ diserap kembali secara aktif dan terjadi pertukaran dengan ion K+, H+ dan NH4+. Proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Zat-zat penghemat kalium (spironolakton, triamteren dan amilorida) bekerja di sini dengan mengurangi pertukaran ion K+ dengan ion Na+, dengan demikian terjadi retensi kalium (antagonis aldosteron). Reabsorpsi air terutama berlangsung di saluran pengumpul (ductus colligens), dan di sini bekerja hormon anti diuretik (vasopresin).
  1. Penggolongan diuretika4
Diuretika dapat dibagi atas dua golongan, yaitu:
1.      Diuretika dengan kerja umum
Berdasarkan daya diuretiknya, diuretik kerja umum dapat dibagi 3 golongan :
a.       Berdaya kerja kuat (diuretika lengkungan), misalnya furosemida, bumetanida dan asam etakrinat. Diuretika ini bekerja cepat tetapi singkat, hanya 4-6 jam. Lebih kurang 20% dari jumlah ion Na+ dalam filtrat diekskreksi. Digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak atau paru-paru.
b.      Berdaya kerja sedang (saluretika), misalnya hidrokhlorotiazida, klortalidon, klopamida, indapamida. Mengekskresi 5-10% ion Na+ dalam tubuli distal bagian depan. Digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi atau bermacam-macam udema.
c.       Berdaya kerja lemah (diuretika hemat kalium), misalnya spironolakton, amilorida dan traimteren. Hanya sedikit mengekskresi ion Na+ (kurang dari 5 %) pada tubuli distal bagian atas.
2.      Diuretika dengan kerja khusus
Dibagi 2 kelompok yaitu:
a.       Diuretika osmotika misalnya manitol, sorbitol, gliserol dan ureum. Reabsorpsinya bersifat non elektrolit dan tidak lengkap, dengan demikian tekanan osmotik ultra filtrat dipertinggi dan kadar Na menurun dalam cairan tubuh. Kejelekan diuretika ini adalah: ureum daya kerja lemah, rasa tidak enak, menyebabkan gangguan usus. Manitol dan sorbitol hanya dapat digunakan secara parenteral (i.v) dan dapat menyebabkan udema paru-paru.
b.      Perintang karbo-anhidrase, misalnya asetazolamida dan diklofenamida, bekerja dengan merintangi enzim karbo-anhidrase di sel-sel tubuli, sehingga ion-ion HCO3-, Na+ dan K+ diekskresi bersama air. Penggunaan sekarang hanya pada glaukoma, untuk mengurangi produksi cairan dalam mata.
  1. Penggunaan diuretika4
Diuretika digunakan pada keadaan dimana dikehendaki pengeluaran urine lebih banyak, teruama pada;
1.      Udema
Yaitu suatu keadaan kelebihan air di jaringan, misalnya pada dekompensasi jantung setelah infark, dimana sirkulasi darah tidak berlangsung sempurna lagi, dan air tertimbun di paru-paru, atau pada ascites (busung perut) dimana air tertimbun di dalam rongga perut, atau penyakit-penyakit ginjal.
2.      Hipertensi
Untuk mengurangi volume darah agar tekanan menurun. Diuretika mempunyai sifat memperkuat obat-obat hipertensi sehingga sering dikombinasi dengan obat-obat tertentu.
3.      Diabetes inspidus
Produksi air kemih berlebihan, dalam hal ini diuretika justru mengurangi poliurea.
4.      Batu ginjal
Untuk membantu mengeluarkan endapan kristal dari ginjal dan saluran kemih.
  1. Efek samping diuretika4
Efek samping yang sering timbul adalah:
1.      Hipokalemia, yaitu kekurangan kalium dalam darah. Disebabkan oleh diuretika yang bekerja pada tubuli distal bagian depan memperbesar ekskresi ion K+ dan H+ yang ditukar dengan ion Na+.
2.      Hiperurikemia, disebabkan oleh adanya saingan antara diuretika dengan asam urat6 transportasi di tubuli. Dapat dicegah dengan pemberian allopurinol dan probenesid.
3.      Hiperlipidemika, yaitu meningginya kadar kolesterol dan trigliserida disebabkan karena menurunnya kadar HDL oleh klortalidon, kecuali indapamin tidak mempengaruhi lipida.
4.      Hipoatremia dan alkalosis, terutama oleh diuretika kuat sehingga kadar Na+ dalam plasma menurun drastis. Di samping itu juga meningkatkan ekskresi asam, sehingga terjadi alkalosis. Gejalanya gelisah, kejang, haus, letargi (selalu mengantuk dan kolaps). Berkurangnya ion Na+ dan K+ dapat menyebabkan hipotensi. Furosemida dan asam etakrinat dapat pula menyebabkan alakolisis karena banyaknya pengeluaran ion Cl-.
5.      Gangguan lain pada lambung, usus, mual, muntah, diare, rasa letih, nyeri kepala dan pusing.
  1. Furosemide1
Gambar 1. Rumus bangun Furosemide
Onset diuresis             : Oral antara 30-60 menit, im 30 menit, iv 5 menit.
Efek puncak                : Oral dicapai 1-2 jam setelah pemberian.
Durasi                          : 6-8 jam, iv 2 jam.
Absorpsi                      : Oral 60-67%
Ikatan dengan protein : >98%
t1/2                                          : Fungsi ginjal normal 0,5-1,1 jam, end-stage renal disease 9 jam.
Eliminasi                     : 50%  dari pemberian oral atau 80% iv diekskresikan melalui urin setelah 24 jam.







BAB III
ALAT, BAHAN DAN METODE

  1. Alat dan bahan
    1. Dua ekor kelinci yang telah diberi penandaan
    2. Larutan Na-CMC O,5 %
    3. Larutan Furosemid dosis 40 mg/kg BB manusia
    4. Larutan Furosemid dosis 80 mg/kg BB manusia
    5. Jarum suntik 1 ml
  2. Metode
    1. Dipuasakan kelinci selama 16 jam (tetap diberikan minum).
    2. Dikelompokkan mencit menjadi 2 kelompok.
3.      Ditimbang bobot masing-masing kelinci.
4.      Disiapkan larutan obat yang dibutuhkan, dengan cara mengencerkan larutan stock obat yang tersedia.
5.      Dihitung dosis untuk setiap kelinci percobaan.
    1. Diberikan perlakuan berbeda untuk setiap kelompok yaitu:
a. Kelinci 1          : diberikan Na-CMC 0,5 % melalui IP
b.Kelinci 2          : diberikan Furosemid dosis 40 mg/kg BB manusia
    1. Diamati:
a. Waktu keluar urin
b.Volume urin kelinci selama 4 jam selang waktu 20 menit.


BAB IV
HASIL

  1. Penimbangan kelinci
Tabel 1. Data pengamatan berat kelinci
Perlakuan
Berat kelinci (gram)
Kelinci 1 (Kontrol)
147,60
Kelinci 2 (Uji)
156,50

  1. Pembuatan larutan obat
Furosemide 0,5 mg/ml
Stock obat = 10 mg/ml
Cara pembuatan = diambil 0,5 ml larutan stock dan diencerkan hingga 10 ml dengan air.

  1. Perhitungan konversi dosis dan volume pemberian obat untuk kelinci
Dosis furosemide 40 mg/kg BB manusia
Faktor konversi untuk kelinci(1,50 kg) = 0,07
Dosis untuk mencit = 40 x 0,07 = 2,8 mg/1500 g BB kelinci
Konsentrasi yang diinginkan = 0,5 mg/ml
BB kelinci uji = 156,50 g

  1. Pengamatan percobaan
Tabel 2. Data pengamatan volume urin
Waktu (menit)
Perlakuan
Kontrol
Uji
Volume urin (ml)
Feses
Volume urin (ml)
Feses
20
-
-
5,0
-
40
-
-
-
-
60
-
-
-
-
80
-
-
-
-
100
-
+
-
+
120
4,3
-
-
-
140
-
+
-
-
160
-
+
-
-
180
2,0
-
-
+
200
-
+
-
+
220
-
-
-
+
240
-
-
-
-
           
            Keterangan :
            ( - )      : tidak mengeluarkan urin dan feses
            ( + )     : mengeluarkan feses



















BAB V
PEMBAHASAN

            Pada praktikum kali ini dilakukan uji pada obat antidiuretik. Percobaan diawali dengan mempersiapkan semua alat untuk percobaan dan bahan yaitu obat yang akan digunakan pada percobaan. Kelinci ditimbang dengan maksud untuk perhitumgan dosis yang tepat, karena salah satu faktor penting yang dapat memberikan dosis yang berbeda tiap individu adalah berat badan. Kelinci dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok uji. Kelompok kontrol diberikan Na-CMC 0,5% secara intraperitonial dan kelompok uji diberikan furosemid secara peroral.
            Pada praktikum ini dilakukan percobaan antidiuretic dengan menggunakan obat Furosemid dan kelimci sebagai hewan ujinya.sebelum dilakukan percobaan kelinci terlebih dahulu dipuasakan selama 16 jam tetapi tetap di beri minum ini untuk mmencegah sebelum diberikan obat untuk menghilangakn factor makanan.namun walaupun demikian factor variasi biologis dari hewan tidak dapat di hilangkan sehingga factor ini relative dapat mempengaruhi hasil.
            Berdasarkan hasil percobaan, kelinci kontrol dengan perlakuan tidak diberikan furosemid mengalami pengeluaran urine yang normal. Pada kelinci uji terjadi peningkatan pengeluaran urin hal ini dibuktikan dari jumlah urin kelinci uji yang lebih besar daripada kelinci kontrol. Jumlah total urin selama 4 jam percobaan untuk kontrol sebanyak 6,30 ml dan uji sebanyak 5 ml.
             Furosemid adalah derivat sulfonamide, yang mempunyai gugus sulfomoil di posisi meta. Aktivitas diuretik furosemid terutama dengan jalan menghambat absorbsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan tubulus distal, tetapi juga pada lengkung henle. Tempat kerja yang spesifik ini menghasilkan efektivitas kerja yang tinggi. Efektivitas kerja furosemid ditingkatkan dengan efek vasodilatasi dan penurunan hambatan vaskuler sehingga

akan meningkatkan aliran darah ke ginjal. Furosemid juga menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume plasma. Furosemid digunakan untuk menghilangkan air dan garam dalam tubuh.
            Waktu paruh furosemid tergantung pada fungsi ginjal. Onset secara oral adalah dalam waktu 1 jam dan diuresis berlangsung sekitar 6-8 jam. Onset secara injeksi adalah 5 menit dan diuresis berlangsung selama 2 jam. Berdasarkan hasil percobaan kelinci uji yang diberikan furosemid proses pengeluaran urin hanya terjadi pada 20 menit awal saja, seharusnya kelinci uji masih bisa mengeluarkan urn dalam waktu 2 jam. Penyimpangan ini terjadi mungkin dari kesalahan dalam teknik penginjeksian dimana tidak semua cairan furosemid yang akan diinjekkan masuk ke pembuluh darah.

KESIMPULAN

            Furosemid bekerja dengan menghalangi penyerapan natrium, klorida dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan pengeluaran urin (diuresis).
            Berdasarkan hasil percobaan, kelinci kontrol dengan perlakuan tidak diberikan furosemid mengalami pengeluaran urine yang normal. Jumlah total urin selama 4 jam percobaan untuk kontrol sebanyak 6,30 ml dan uji sebanyak 5 ml. Pada kelinci uji terjadi peningkatan pengeluaran urin hal ini dibuktikan dari jumlah urin kelinci uji yang lebih besar daripada kelinci kontrol. Onset secara injeksi adalah 5 menit dan diuresis berlangsung selama 2 jam. Berdasarkan hasil percobaan kelinci uji yang diberikan furosemid proses pengeluaran urin hanya terjadi pada 20 menit awal saja, seharusnya kelinci uji masih bisa mengeluarkan urn dalam waktu 2 jam. Penyimpangan ini terjadi mungkin dari kesalahan dalam teknik penginjeksian dimana tidak semua cairan furosemid yang akan diinjekkan masuk ke pembuluh darah.









DAFTAR PUSTAKA

  1. Anonim. Obat-Obat Kardiovaskuler;2012,90
  2. Antidiuretik diambil dari http://nadyafirda.blogspot.com/2012/05/percobaan-diuretik-farmakologi.html diakses pada 28 januari 2013 pukul 21.55
  3. Syamsudin dan Darmono. Buku Ajar Farmakologi Eksperimental. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press) ;2011,110
  4. Dra. Murniati, Apt. Dkk. Farmakologi. Jakarta:K3S SMF Provinsi DKI Kakarts;2007,62-65