Rabu, 25 Desember 2013

laporan farmakologi efek obat analgetika


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Obat adalah suatu bahan yang berbentuk padat atau cair atau gas yang menyebabkan pengaruh terjadinya perubahan fisik dan atau psykologik pada tubuh. Hampir semua obat berpengaruh terhadap sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku, hal ini disebut obat psikoaktif.1
            Obat dapat berasal dari berbagai sumber. Banyak diperoleh dari ekstraksi tanaman, misalnya nikotin dalam tembakau, kofein dari kopi dan kokain dari tanaman koka. Morfin dan kodein diperoleh dari tanaman opium, sedangkan heroin dibuat dari morfin dan kodein. Marijuana berasal dari daun, tangkai atau biji dari tanaman kanabis (canabis sativum) sedangkan hashis dan minyak hash berasal dari resin tanaman tersebut, begitu juga ganja.1
Obat yang berbahaya yang termasuk dalam kelompok obat yang berpengaruh pada system saraf pusat(SSP/CNS) adalah obat yang dapat menimbulkan ketagihan/adiksi(drug addict). Menurut klasifikasi umum obat yang berpengaruh pada SSP banyak jenisnya ada yang bersifat adiktif maupun yang non-adiktif.1
Susunan saraf yang mengkoordinasi sistem syaraf lainnya di dalam tubuh manusia dibagi dalam 2 golongan yaitu:2
1.      Susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari:
a.       Otak
b.      Sumsum tulang belakang (spiral cord)
2.      Susunan saraf perifer yang terdiri atas:
a.       Saraf otak dan tulang belakang
b.      Saraf otonom

Pusat tidur dan pusat pengatur suhu tubuh terletak pada hipotalamus. Pusat rasa sakit terletak pada cerebrum sedang kapasitas mental merupakan fungsi dari kulit otak (cerebral cortex).2
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamika dibagi atas dua golongan besar yaitu:2
1.      Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta sarafnya.
2.      Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf-sarafnya.
Nyeri terjadi jika organ tubuh, otot, atau kulit terluka oleh benturan, penyakit, keram, atau bengkak. Rangsangan penimbul nyeri umumnya punya kemampuan menyebabkan sel-sel melepaskan enzim proteolitik (pengurai protein) dan polipeptida yang merangsang ujung saraf yang kemudian menimbulkan impuls nyeri. Senyawa kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin beraksi membuat ujung saraf menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri oleh polipeptida ini.4
B.     Tujuan
A.    Mengetahui mekanisme kerja obat analgesik
B.     Mengetahui efek obat analgesik
C.     Mengetahui % proteksi analgesik




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik.3
Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenor (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgesik ternyata memiliki efek antipiretik dan antiinflamasi.2
Asam salisilat, paracetamol mampu menangani nyeri ringan sampai sedang sedangkan nyeri yang hebat membutuhkan analgesik sentral yaitu analgesik narkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat antiinflamasi berguna untuk mengobati radang sendi termasuk pirai/gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah sendi terjadi pembengkakan dan timbul rasa nyeri.2
Analgesik antiinflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri tersebut dapat dibedakan dalam 3 kategori:2
1.      Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid), dapat diobati dengan asetosal, paracetamol bahkan placebo.
2.      Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgesik perifer kuat.

3.      Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker), harus diatasi dengan anlgesik sentral atau analgesik narkotik.
Analgetik dibagi dalam 2 golongan besar:2
1.      Analgetik narkotik (analgetik sentral)
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghilang nyeri yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran), mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hampir semua perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgetik narkotik kecuali sensasi kulit. Harus hati-hati menggunakan anlgetika ini karena mempunyai resiko besar terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentiil pada rasa nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark).
Penggolongan analgetika narkotik adalah sebagai berikut:
a.       Alkaloid alam              : morfin, codein
b.      Derivat semi sintetis    : heroin
c.       Derivat sintetik           : metadon, fentanil
d.      Antagonis morfin        : nalorfin, nalokson dan pentazocin
2.      Analgetik non opioid (non narkotik)
Disebut juga nalgetika perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat. Semua nalgetika perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu menurunkan suhu badan saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya paracetamol, asetosal. Dan berkhasiat pula sebagai antiinflamasi.
Antiinflamasi sama kuat dengan analgetik, digunakan sebagai anti nyeri atau rheumatik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja srentak sebagai anti radang dan analgetik contohnya indometazin.
Berdasarkan rumus kimiamya analgetik perifer digolongkan menjadi:
a.       Golongan salisilat                    : asetosal
b.      Golongan para-aminophenol   : paracetamol, fenasetin
c.       Golongan pirazolon (dipiron)  : fenilbutazon
d.      Golongan antranilat                : asam mefenamat
AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik njuga memiliki efek antiinflamasi, sehingga oba0obat jenis ini digunakan dalam pengobatan rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen, diklofenak, fenilbutazon dan piroxicam. Sebagian besar penyakit rheumatik membutuhkan pengobatan simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis, analgesik tunggal atau campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila nyeri dan kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang meradang harus diberikan pengobatan dengan AINS.
Efek terapi dan efek samping dari obat golongan NSAIDs sebagian besar tergantung dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Namun, obat golongan NSAIDs secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang berperan dalam peradangan. Golongan obat NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Setiap obat menghambat enzim siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda. Parasetamol dapat menghambat biosintesis prostaglandin apabila lingkungannya mempunyai kadar peroksida yang rendah seperti di hipotalamus, sehingga parasetamol mempunyai efek anti-inflamasi yang rendah karena lokasi peradangan biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Aspirin dapat menghambat biosintesis prostaglandin dengan cara mengasetilasi gugus aktif serin dari enzim siklo-oksigenase. Thrombosit sangat rentan terhadap penghambatan enzim siklo-oksigenase karena thrombosit tidak mampu mengadakan regenerasi enzim siklo-oksigenase. Semua obat golongan NSAIDs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Efek samping obat golongan NSAIDs didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis prostaglandin. Selain itu, sebagian besar obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal, dan jaringan inflamasi. Efek samping lain diantaranya adalah gangguan fungsi thrombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat terjadinya perpanjangan waktu perdarahan. Namun, efek ini telah dimanfaatkan untuk terapi terhadap thrombo-emboli. Selain itu, efek samping lain diantaranya adalah ulkus lambung dan perdarahan saluran cerna, hal ini disebabkan oleh adanya iritasi akibat hambatan biosintesis prostaglandin PGE2 dan prostacyclin. PGE2 dan PGI2 banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi untuk menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektan.4
A.    Asetosal(Acidum Acetylsalicylicum)2
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin merupakan obat yang diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal semakin banyak karena sifat plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah analgetik antipiretik dan antiinflamasiyang sangat luas digunakan dan digolongkan obat bebas. Masalah efek samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat menjadi sediaan salut enterik, karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis.
Indikasi     : nyeri ringan sampai sedang demam, antiplatelet
Kontra indikasi     : anak dibawah usia 12 tahun, anak yang sedang disusui, gangguan saluran cerna, hemofilia penting untuk menjelaskan kepada keluarga bahwa acetosal adalah obat yang tidak cocok untuk anak yang berpenyakit ringan.
Efek samping        : ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna
Sediaan     : acetosal(generik) tablet 100mg, 500mg
Gambar 1. Gambar Rumus Bangun Acetosal atau Aspirin
B.     Asam Mefenamat2
Indikasi     : nyeri ringan sampai sedamg dan kondisi yang berhubungan dengan dismenore dan menoralgi.
Kontra indikasi     : harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, peradangan usus besar, pada pengobatan jangka lama harus dilakukan tes darah.
Efek samping        : mengantuk, diare, trombositopenia, anemia dan kejang-kejang pada over dosis.
Sediaan     : asam mefenamat(generik) kaptab 250mg, 500mg
Gambar 2. Gambar Rumus Bangun Asama Mefenamat

















BAB III
ALAT, BAHAN DAN METODE

A.    Alat dan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini:
1.      Empat ekor mencit yang telah ditandai
2.      Larutan NaCl
3.      Larutan aspirin 5mg/ml
4.      Larutan asam mefenamat 5mg/ml
5.      Larutan asam asetat 0,7%
6.      Jarum suntik
7.      Jarum oral

B.     Metode
1.      Disiapkan 4 ekor mencit dengan penandaan sebagai berikut:
a. Mencit 1    : kontrol negatif
b. Mencit 2   :kontrol positif
c.  Mencit 3   : perlakuan dosis 250mg
d. Mencit 4   : perlakuan dosis 500mg
2.      Ditimbang bobot masing-masing mencit.
3.      Dihitung dosis untuk setiap mencit percobaan.
4.      Disuntikan larutan NaCl melalui subkutan sebanyak 1 ml pada mencit 1, ditunggu 30 menit.
5.      Diberikan larutan aspirin 5 mg/ml mealui oral sebanyak dosis yang telah dikonversikan pada mencit 2, ditunggu 30 menit.
6.      Diberikan larutan asam mefenamat 5 mg/ml dosis rendah melalui oral sebanyak dosis yang telah dikonversikan pada mencit 3, ditunngu 30 menit.
7.      Diberikan larutan asam mefenamat 5 mg/ml dosis tinggi melalui oral sebanyak dosis yang telah dikonversikan pada mencit 4, ditunngu 30 menit.
8.      Setelah 30 menit disuntikan larutan asam asetat 0,7% melalui intraperitonial sebanyak 0,5 ml pada setiao mencit percobaan.

9.      Diamati geliat yang terjadi pada mencit setiap 5 menit.
10.  Dilakukan pengamatan geliat hingga menit ke 60.






























BAB IV
HASIL

Tabel 1. Data pengamatan berat mencit percobaan
Perlakuan
Berat mencit(gram)
Mencit 1
16,4
Mencit 2
14,3
Mencit 3
18,0
Mencit 4
13,8
Perhitungan konversi dosis dan volume penyuntikan untuk mencit:
A.    Dosis aspirin(325mg/70 kg BB)
Faktor konversi untuk mencit(20 g) = 0,0028
Dosis untuk mencit = 325 x 0,0028 = 0,91 mg/20 g BB
Konsentrasi yang diinginkan = 5 mg/ml
BB rata-rata mencit = 18 g

B.     Dosis asam mefenamat(250mg/70 kg BB)
Faktor konversi untuk mencit(20 g) = 0,0028
Dosis untuk mencit = 250 x 0,0028 = 0,70 mg/20 g BB
Konsentrasi yang diinginkan = 5 mg/ml
BB mencit 3 = 18  g


C.     Dosis asam mefenamat(500 mg/70 kg BB)
Faktor konversi untuk mencit(20 g) = 0,0028
Dosis untuk mencit = 500 x 0,0028 = 1,40 mg/20 g BB
Konsentrasi yang diinginkan = 5 mg/ml
BB mencit 4 = 13,8 g
Tabel 2. Pengamatan geliat mencit
Waktu pengamatan
Jumlah geliat
Mencit 1
Mencit 2
Mencit 3
Mencit 4
5’
14
8
3
4
10’
4
0
0
1
15’
8
12
0
1
20’
1
0
0
1
25’
9
2
1
1
30’
3
0
0
0
35’
6
1
11
0
40’
8
0
3
2
45’
2
0
0
3
50’
0
3
9
1
55’
0
4
9
3
60’
0
0
4
0
Total geliat
55
30
40
17
Rata-rata geliat/5 menit
4,58
2,50
3,33
1,42



Perhitungan % proteksi:
A.    % proteksi aspirin
B.     % proteksi asam mefenamat (dosis kecil)
C.     % proteksi asam mefenamat (dosis tinggi)
Perhitungan % efektifitas:
  1. % efektifitas asam mefenamat dosis kecil
  1. % efektifitas asam mefenamat dosis tinggi

Gambar 3. Grafik rata-rata jumlah geliat mencit per 5 menit
Gambar 4. Grafik % proteksi obat
Gambar 5. Grafik % efektifitas asam mefenamat dalam percobaan

BAB V
PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian efek analgetik pada hewan percobaan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan obat dalam hal ini adalah aspirin(sebagai kontrol) dan asam mefenamat, untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri.Sensasi nyeri ditimbulkan secara eksperimental dengan pemberian asam asetat 0,7% secara intraperitonial.
Pada praktikum kali ini kita akan membandingkan daya proteksi dan efek dari aspirin(500mg/ml) dan asam mefenamat dengan dosis yang berbeda(250mg/ml dan 500mg/ml) yang berkhasiat sebagai analgesik. Data diperoleh dari jumlah geliat pada mencit dalam waktu 1 jam setelah diinduksikan nyeri.
Dari data di atas diketahui bahwa aspirin memiliki daya proteksi sebesar 45,45%, asam mefenamat 250mg/ml sebesar 27,27% dan asam mefenamat 500mg/ml sebesar  69,09% maka dari data tersebut asam mefenamat 500mg/ml memiliki daya proteksi terhadap nyeri lebih besar daripada aspirin dan asam mefenamat dengan dosis 250mg/ml. Pada percobaan ini asam mefenamat 250mg/ml memiliki efektifitas sebesar 60% sedangkan asam mefenamat 500mg/ml memiliki efektifitas sebesar 152,01% maka dari data tersebut asam mefenamat dengan dosis 500mg/ml jauh lebih efektif dibandingkan dengan dosis 250mg/ml. Terdapat 2 macam percobaan efektifitas yaitu efektifitas obat dalam mencegah dan efektifitas obat dala mengobati. Efek pencegahan berarti hewan coba diberikan obat terlebih dahulu kemudian diinduksikan nyeri. Efek pengobatan bearti hewan coba diindukdikan nyeri terlebih dahulu kemudian diberikan obat. Pada percobaan ini dilakukan percobaan efektifitas pencegahan obat, karena mencit terlebih dahulu diberikan analgesik dan kemudian diinduksikan nyeri dengan asam asetat 0,7% melalui intraperitonial. Dari data yang telah diperoleh asam mefenamat 500mg/ml lebih efektif mencegah nyeri

dibuktikan juga pada grafik rata-rata jumlah geliat/5 menit pada mencit 4 yang diberikan asam mefenamat 500mg/ml lebih sedikit diantara mencit percobaan yang lain. Asam mefenamat seharusnya diberikan melalui subkutan tetapi dalam percobaan dilakukan peroral karena asam mefenamat yang disiapkan tidak larut sempurna dalam air. Pada percobaan digunakan larutan NaCl sebagai kontrol negatif dan aspirin sebagai kontrol positif. 

BAB VI
KESIMPULAN

Efek obat analgetik yaitu menghilangkan rasa nyeri ataupun sakit, efek tambahan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh dan antiinflamasi sebagai anti radang. Persen(daya) efektifitas obat menunjukkan seberapa besar kemampuan obat tersebut dalam menimbulkan efek atau manfaat, dari hasil percobaan asam mefenamat 500mg mempunyai %efektifitas yang lebih tinggi daripada asam mefenamat 250mg, ini bearti asam mefenamat 500mg lebih baik dalam menimbulkan efek atau manfaat terhadap tubuh atau menghilangkan rasa nyeri atau sakit. Persen(daya) proteksi menunjukkan seberapa besar kemampuan obat dalam melindungi tubuh atau melawan rasa nyeri atau sakit, dari hasil percobaan asam mefenamat 500mg memiliki %proteksi paling tinggi, ini berarti asam mefenamat lebih baik dalam melawan nyeri darpada aspirin dan asam mefenamat 250mg. Semakin tinggi dosis suatu obat maka daya proteksi dan efektifitasnya semakin tinggi.














DAFTAR PUSTAKA

  1. Drh Darmono, M.Sc,obat pada sistem saraf pusat, diambil dari http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CHQQFjAI&url=http%3A%2F%2Fwww.geocities.ws%2Fkuliah_farm%2Ffarmasi_forensik%2Fobat-saraf.doc&ei=_XfZULCZB4fqrQeYvoDwBA&usg=AFQjCNGVO_2SC1r88EESjeuwrq4osIRsSw&sig2=VLyWvzQ23i-1tJOT5oCJJQ&bvm=bv.1355534169,d.bmk diakses pada 25 desember 2012 pukul 17.02
  2. Dra. Murniati, Apt. Dkk. Farmakologi. Jakarta:K3S SMF Provinsi DKI Kakarts;2007,13-17
  3. Analgesik, diambil dari http://www.farmasiku.com/index.php?target=categories&category_id=170 diakses 24 Des. 12 pukul 18.00
  4. Cara kerja obat analgetik-antipiretik, NSAID dan steroid, diambil dari http://kamuskesehatan.com/arti/non-steroidal-anti-inflammatory-drugs/ diakses 24 Des. 12 pukul 18.04







LAMPIRAN 1

















Lampiran 1. Cara kerja percobaan


LAMPIRAN 2

















Lampiran 2. Perhitungan konversi dosis mencit


LAMPIRAN 3


















Lampiran 3. Data pengamatan geliat mencit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar