Rabu, 25 Desember 2013

laporan farmakognosi hewan coba


BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Uji praklinik, atau disebut juga studi/ pengembangan/ penelitian praklinik/ non-klinik, adalah tahap penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian pada manusia. Uji praklinik memiliki satu tujuan utama yaitu mengevaluasi keselamatan produk baru. Informasi yang diperoleh dengan menafsirkan data dalam uji praklinik sangat bermanfaat untuk mendeteksi untuk mencegah produk berbahaya dan beracun agar tidak memasuki lingkungan dan masyarakat. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mempercepat penemuan obat dan meringkas proses pengembangan obat.1
Kebanyakan uji praklinik melibatkan penggunaan hewan. Binatang seperti tikus, ayam, monyet, dan kelinci percobaan (guinea pig) biasanya digunakan dalam uji praklinik. Para peneliti menguji produk pada hewan dan kemudian mengamati efeknya pada kesehatan hewan. Produk hanya lulus uji praklinik jika tidak memengaruhi hewan dengan cara yang berbahaya. Pengujian pada manusia hanya disetujui jika produk tidak memiliki efek berbahaya yang teramati pada hewan.1
Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.2
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.2

B.     TUJUAN
1.      Mampu menangani hewan coba untuk percobaan farmakologi.
2.      Mengetahui cara menangani hewan percobaan secara manusiawi serta faktor-faktor yang mempengaruhi responnya.
3.      Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan.
4.      Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian.













BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hewan percobaan harus diperlakukan secara manusiawi, yaitu dengan mengetahui sifat-sifat hewan tersebut. Perlakuan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil pengamatan. Karakteristik beberapa hewan percobaan yang sering digunakan dalam praktikum farmakologi:3
A.    Mencit
1.      https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7Z9n9rGxWrfQaIdzhJySNHRTDugorhwSKo5efQhK-5HZZwB8TkWqxSVi3wzgPjqJdCoEvnaEahamD5lh3s8bctl4MIcRKUMCrz13NmSi6R8z-poq4PUktWQAo4qt7MxfwnSUuPEW04thX/s320/mice.jpgPenakut dan fotopobik
2.      Cenderung bersembunyi dan berkumpul dengan sesamanya
3.      Mudah ditangani
4.      Lebih aktif pada malam hari
5.     
 
Aktifitas terganggu dengan adanya manusia
6.      Suhu normal badan 37,4˚C
7.      Laju respirasi 163/menit
B.     https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVYtng4tmV6IDn1rK1rCoce4m4TiZ3KJPf8IUIjVhkH7JCgPDOzOPNXUEbgihr-gC6xJ9FyKQIMOXZTwRNtk4o35gEuXCAKf3hDCSBggzvYBvlIlBWsRwfqeb5KMSzqTDq9__hXDjgunyN/s1600/rats_180.jpgTikus

1.      Sangant cerdas
2.      Mudah ditangani
3.      Tidak begitu bersifat fotofobik
4.      Lebih resisten terhadap infeksi
5.     
Gambar 2. Tikus
 

 
Kecenderungan berkumpul dengan sesama agak kurang
6.      Jika makanan kurang atau diperlakukan secara kasar akan menjadi liar, galak dan menyerang si pemegang
C.     https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7wOe1PArqD51rvOBoeDUKhLDRUnh_snuApzF26xDyv-QG-_6-0gMVkNeEkTHDPbbyF3lePJLL484jJ3LtcXvi_5kH4oza7vuMyarWYS2FGUL7AQG3t-6KJTBsOaw8NwoXzbawJoFxJ1gD/s1600/rabbit7.jpgKelinci
1.      Jarang bersuara kecuali bila merasa nyeri
2.     
Gambar 3. Kelinci
 
Jika merasa tak aman akan berontak
3.      Suhu rektal umumnya 38-39,5˚C
4.      Suhu berubah jika mengalami gangguan lingkungan
5.      Laju respirasi 38-65/menit umumnya 50/menit pada kelinci dewasa normal
D.    Marmot
1.      Jinak, mudah ditangani, jarang menggigit
2.      Kulit halus dan berkilat
3.      Bila dipegang bulu tebal dan kuat tapi tidak kasar
4.      Tidak mengeluarkan cairan di hidung dan di telinga
5.      Laju denyut jantung 150-160/menit
6.      Laju respirasi 110-150/menit
7.      Suhu rektal 39-40˚C

Volume pemberian obat pada hewan coba harus diperhatikan tidak melebihi jumlah tertentu

Tabel 1. Volume cairan yang diberikan pada hewan coba.3
Hewan percobaan
Batas maksimal (ml) untuk rute pemberian
Iv
Im
Ip
Sc
Po
Mencit
0,5
0,05
1
0,5
1
Tikus
1
0,1
3
2
5
Kelinci
5-10
0,5
10
3
20
Marmot
2
0,2
3
3
10

Faktor-faktor lingkunagn yang dapat mempengaruhi hasil percobaan:3
A.    Faktor internal
1.      Variasi biologic
2.      Ras dan sifat genetic
3.      Status kesehatan dan nutrisi
4.      Bobot tubuh
5.      Luas permukaan tubuh
B.     Faktor eksternal
1.      Suplai oksigen
2.      Pemeliharaan lingkungan fisiologik dan isoosmosis
3.      Pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk percobaan
C.     Faktor lainnya
1.      Keadaan kandang
2.      Suasana asing atau baru
3.      Pegalaman hewan dalam penerimaan obat
4.      Keadaan ruang tempat hidup(suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan)
5.      Penempatan hewan

Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan, fisiologis, anatomis, dan biokimia yang berbeda yang berbeda pada daerah kontak mula obat dan tubuh. Karakteristik yang berbeda ini karena ada hal-hal yang berbeda seperti:3
a.       Suplai darah
b.      Struktur anatomi dari lingkungan kontak antara tubuh dan obat
c.       Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut
Hal-hal ini menyebabkan jumlah obat yang dapat mencapai tempat kerjanya dalam waktu tertentu berbeda, tergantung pada rute pemberian obat. Meskipun rute pemberian obat secara oral merupakan yang paling lazim, seringkali rute ini tidak digunakan mengingat hal-hal yang dikemukakan, kondisi penerima obat itu sendiri.
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep. 2
Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:2
a.                                                     Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal
b.                                                    Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutan
c.                                                     Inhalasi langsung ke dalam paru-paru.
Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:2
a.    Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung,telinga
b.                                                    Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru
c.    Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut dalam cairan badan.











BAB III

ALAT, BAHAN dan METODE

  1. Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini:
    1. Mencit
    2. Larutan NaCl
    3. Alat suntik
    4. Jarum oral
  2. Metode
    1. Cara perlakuan
a)Mencit diangkat ujung ekornya dengan tangan kanan, letakkan pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin misalnya, kasa, ram kawat, sehingga kalau ditarik mencit akan mencengkram
b)                        Telumjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit kulit tengkuk sedangkan ekornya masih dipegang dengan tangan kanan. Kemudian posisi tubuh mencit dibalikkan sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan kelingking.
    1. Cara pemberian obat
a)Secara oral


Gambar 4. Cara Pemberian obat oral
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdyBizRWkUhkgFwe7ZDHh-2ppl2Ci5tHKqYjid15lQhmFNO14VxBPmt0azNoboEED7_7r8k33Fj3h3w0eRcJe5d_HvJ61g24nq3zWyEYDKL_VCZniJori2iV-9ai-9U41R_gwACJKJ_WHv/s1600/oral_gavage.jpg
Tikus dipegang tengkuknya, jarum oral telah dipasang pada alat suntik berisi obat, diselipkan dekat langit-langit tikus dan diluncurkan masuk ke esophagus.
b) http://www.bu.edu/animalcare/files/2010/06/Subcutaneous.jpgSecara subkutan
Gambar 5. Cara Pemberian obat subkutan
 
Penyuntikan biasanya dilakukan di bawah kulit tengkuk atau abdomen. Seluruh jarum ditusukkan langsung ke bawah kulit dan larutan obat di desak keluar dari alat suntik.
c)Secara intravena
Sebelum disuntikkan sebaiknya pembuluh vena pada ekor didilatasi dengan cara dihangatkan atau dengan cara dioleskan dengan pelarut organic seperti aseton dan eter. Bila jarum suntik tidak masuk vena, terasa ada tahanan, jaringan ikat di sekitar daerah penyuntikkan memutih dan bila piston alat suntik ditarik tidak ada darah yang masuk ke dalam. Bila harus dilakukan pengulangan penyuntikan berulang maka penyuntikkan harus dimulai di daerah ekor.
d)                        Secara intraperitonial
Tikus dipegang pada tengkuknya sedemikian sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala. Larutan obat disuntikkan pada abdomen bawah.



BAB IV

HASIL

Tabel 2. hasil pengamatan pemberian obat pada mencit
Rute pemberian obat
Hasil
Oral
Berhasil
Sub kutan
Berhasil
Intravena
Gagal
Intraperitonial
Berhasil












BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan percobaan rute pemberian obat pada mencit yang telah dilakukan rute pemberian obt yang berhasil dilakukan yaitu rute secara oral, sub kutan dan intraperitonial, sedangkan rute pemberian secara intra vena gagal dilakukan. Kegagalan pemberian rute obat secara intravena ini ditandai dengan keluarnya cairan obat ketika di injeksikan pada ekor mencit ini disebabkan karena cairan obat tidak masuk ke dalam pembuluh. Pada saat penggunaan jarum suntik sangat dianjurkan untuk memperhatikan ada atau tidaknya gelembung pada alat suntik, adanya gelembung pada alat suntik yang akan digunakan untuk injeksi obat akan menyebabkan terjadinya ekstravasasi(penggelembungan). Ekstravasasi adalah bocornya cairan intravena atau obat ke dalam jaringan sekitar lokasi infus. Ekstravasasi dapat menyebabkan kerusakan jaringan.4
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya.
Pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obar yang umum dilakukan karena mudah, aman, dan murah. Namun kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapat cukup lama. Sedangkan pemberian secara suntikan yaitu pemberian intravena, memiliki keuntungan karena efek yang timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian secara oral karena tidak mengalami tahap absorpsi maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita. Sedangkan rute pemberian yang cukup efektif adalah intra peritoneal (i.p.) karena memberikan hasil kedua paling cepat setelah intravena. Namun suntikan i.p. tidak dilakukan pada manusia karena bahaya injeksi dan adhesi terlalu besar.2


















BAB VI

KESIMPULAN

Beberapa sifat hewan coba tikus:
a.       Penakut dan fotopobik
b.      Cenderung bersembunyi dan berkumpul dengan sesamanya
c.       Mudah ditangani
Rute pemberian obat dapat dengan cara:
  1. Oral
  2. Sub kutan
  3. Intravena
  4. Intraperitonial









DAFTAR PUSTAKA

  1. Kamus kesehatan ; 2012. Diambil dari:http://kamuskesehatan.com/arti/uji-praklinik/, diakses 20 Des. 12 pukul 19.40
  2.  Seta Adi Nugraha,Linus. Cara dan Rute Pemberian Obat Pada Hewan Percobaan Mencit. Semarang: laboratorium Farmakologi Akademi Farmasi Theresiana;2011, diakses dari: http://september.ucoz.com/farmakologi/PERCOBAAN_DASAR.pdf diakses 19 Des. 12 pukul 22.58
  3. Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi. Penuntun Praktikum Farmaklogi. Bogor: sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi; 2012
  4. Kamus kesehatan; 2012. Diakses dari: http://kamuskesehatan.com/arti/ekstravasasi/ , diakses 20 Des. 12 pukul 20.00

1 komentar:

  1. The Ultimate Guide to Baccarat (with examples) - Free Play
    Learn how 바카라 to play Baccarat, how to play, 온카지노 and the rules, where to play it. Learn 바카라 사이트 the rules of each card game including the rules, how to play for

    BalasHapus